Selasa, 17 Oktober 2017

Waktu yang Tersisa

Waktu yang Tersisa
 Posted by Yayasan Setia Bhakti Lestari on March 4, 2013 at 1:00 PM

Waktu yang Tersisa

(Sebuah cerita motivasi oleh Andrie Wongso)

Suatu hari di sebuah rumah sakit, tampak seorang nenek berumur sekitar 70 tahunan. Dia tiba di rumah sakit dengan tergesa-gesa. Nenek tersebut lantas segera mendaftarkan diri di bagian administrasi rumah sakit sebagai pasien dokter penyakit dalam.

Tidak lama kemudian, si nenek berjalan tertatih membawa kartu pasien dan menghampiri suster yang berada di depan ruang praktik dokter untuk memberitahu kedatangannya dan memberikan nomor urut antreannya.

“Suster, sekarang pasien nomor berapa? Giliran saya masih harus menunggu berapa lama untuk ketemu dokter?” Tanya si nenek.

“Tunggu saja Nek, nanti di panggil sesuai nomor urut,” jawab suster begitu saja.

Rupanya, nenek adalah pasien lama di sana sehingga tanpa banyak bertanya lagi. Dia pun menempati bangku, bersama-sama dengan pasien lain menunggu giliran dipanggil.

Selang beberapa saat, si nenek terlihat gelisah. Sebentar kemudian dia melihat kea rah jam dinding, mulai mondar-mandir seolah tidak sabar menanti.

Lalu, nenek tersebut kembali menghampiri suster dan bertanya lagi dengan hati-hati, “Masih lama ya,Sus?”

“ya! Tunggu saja,” jawab suster. Saat giliran nomor urutnya sudah dekat, tiba-tiba ada panggilan darurat dari pihak rumah sakit. Rupanya, ada pasien yang keadaannya gawat dan harus segera ditangani sang dokter.

Maka, sambil bergegas, dokter pun pergi meninggalkan ruang praktiknya untuk menolong pasien yang lebih membutuhkannya saat itu.

Si nenek dengan kesal kembali duduk, kemudian berdiri, lalu mulai berjalan mondar-mandir. Kejadian itu memancing reaksi dua remaja yang juga sedang menunggu di situ.

“Nenek itu kelihatan gelisah dan tidak sabaran ya. Sudah setua itu, memangnya dia punya kesibukan apa sih kok menunggunya tidak sabar begitu,” ujar seorang remaja.

Kemudian temannya menimpali, “Ya tuh, sudah berumur setua itu, mau ngapain sih, kok buru-buru amat. Waktu kan masih panjang, sekarang saja masih siang.”

Si nenek menghampiri mereka dan menyapa ramah, “Anak muda, nenek dengar apa yang kalian bicarakan tentang nenek. Memang nenek kurang sabar menunggu di sini tanpa melakukan sesuatu.”

“Justru karena nenek sudah berumur, nenek tidak memiliki banyak waktu lagi untuk melakukan hal-hal yang belum sempat nenek lakukan. Karena sadar sisa waktu nenek tidak banyak, maka nenek tidak sabar menunggu di sini terlalu lama tanpa bisa melakukan apapun. Kalian bisa mengerti kenapa nenek tidak sabar menunggu, kan?” tambahnya.

“Oh, iya… iya Nek. Maafkan kami, Nek,” jawab kedua remaja itu, merasa malu. “Kami tidak berpikir panjang tentang waktu yang begitu berharga seperti kata nenek. Sepantasnya kami yang muda pun harus berpikir tidak boleh menyia-nyiakan waktu, dengan tidak melakukan apa-apa seperti ini. Terima kasih karena Nenek telah mengingatkan kepada kami.”


Tidak ada seorang pun yang bisa mengukur umur manusia secara tepat, termasuk kapan saat lahir dan kapan saat kematian tiba. Jika kita menyadari nilai waktu (termasuk sisa waktu yang dimiliki) dan mau memanfaatkan dengan benar sesuai dengan peran kita saat ini, di manapun kita berada, maka saat itulah kehidupan “senyatanya” baru dimulai.

Waktu adalah kekayaan paling berharga yang dimiliki setiap manusia. Setiap orang itu punya waktu yang sama: 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun. Tapi hasil yang didapat setiap orang selalu berbeda. Orang-orang tertentu bisa mendapatkan penghasilan puluhan hingga ratusan juta, sementara dalam waktu yang sama orang-orang lainnya “hanya” mendapatkan penghasilan belasan ribu rupiah.

Salah satu penyebabnya, adalah orang-orang punya sikap yang berbeda atas waktu yang dimiliki nya. Ada orang yang sama sekali tidak mampu memanfaatkan waktu dan justru membunuh waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Namun ada juga orang yang bisa memnafaatkan waktunya dengan melakukan berbagai kegiatan yang sangat penting dan strategis, dengan cerdas, cermat, dan cekatan (3C).

Cerdas itu artinya kita menggunakan waktu untuk pekerjaan yang bermanfaat, produktif, membangun diri, belajar, dan berjuang keras mengejar apa yang kita cita-citakan.

Cermat itu hati-hati, tak buang-buang waktu. Cekatan berarti kita pandai mengatur waktu, bisa mengatasi halangan rintangan yang kita hadapi, sekaligus bisa memanfaatkan peluang yang ada di hadapan kita. Jika kita bisa menggunakan prinsip 3C itu, niscaya hidup kita akan menjadi produktif.

Mari, manfaatkan waktu secara efektif untuk mendapatkan hasil terbaik. Buang semua kebiasaan-kebiasaan yang tidak bermanfaat dan jauhi sifat suka memboros-boroskan waktu dalam mengerjakan apapun. Jika demikian, niscaya kita tidak akan pernah menyesali masa-masa yang pernah kita lewati. Hidup kita akan semakin sukses, penuh gairah, dan bahagia.

Salam sukses luar biasa.

BAKSOS 17 November 2019 di Vihara Cheng Bu Bio, Ciodeng Tangerang

Yayasan Setia Bhakti Lestari pada tanggal 17 November  2019 telah mengadakan baksos bertempat di Vihara Cheng Bu Bio, Ciodeng Tangerang Den...